Label

Jumat, 07 Agustus 2015

Let Your Heart Choose Part 4

“ada apa Riana?”tanya Risal memperhatikan Riana yang sedang menangis di kursi di sampingnya, sambil sesekali menatap kearah jalan.
“tidak, aku tak apa2” Riana memalingkan muka kearah jedela mobil dan terus melihat keluar.
“siapa yang menyakitimu, kataka padaku, tak ada yang boleh menyakiti adik kesayanganku” gumam Risal 

kesal.
“tidak kak, aku hanya sedikit..”
“sedikit apa Riana, kau tak bisa berbohong kepadaku, air mata itu, bukan air mata biasa, kau sakit Riana dan air mata itu mengatakannya dengan jelas, apakah Rangga yang melakukannya?” Tanya Risal menyelidik.
“bukan, bukan Rangga, dia tak pernah lagi membuatku manangis” jelas Riana dengan suara serak.
“baguslah, karena kalau tidak, akau kan kembali mematahkan hidungnya seperti yg aku lakukan 6 bulan lalu” Risal memastikan dengan nada begitu serius. “lalu kenapa kau menangis kalau bukan karena Rangga?”
“kau tahu sendiri kak, siapa aku ini, aku begitu cengeng untuk menjadi gadis yang kuat” tukas Riana mengalihkan pembicaraan, berharap agar Risal tidak mendesak dan bertanya-tanya lagi, karena kalau sampai itu terjadi, Riana bisa memastikan Daniel akan berakhir seperti Rangga 6 bulan lalu.
“kau jangan coba-coba berbohong kepadaku Riana, tidak ada gunanya kau berbohong kepadaku” Risal kembali melirik kearah Riana setelah itu berbalik menatap jalan lagi. Riana tau bahwa kakak sepupunya tidak mungkin untuk dibohongi, dan Riana juga tidak cukup pintar untuk menyembunyikan sesuatu dari Risal.
“ aku menangis karena mungkin aku akan kehilangan sahabatku yang sudah bersamaku selama 2 tahun” gumam Riana kembali  mengeluarkan air mata dari sudut matanya, tapi pandagannya tetap kearah  jendela mobil.
“ ada apa? jelaskan dengan rinci, atau kakak sendiri yang akan menanyakannya pada Daniel” Risal memegang erat kemudi mobil.
“ Daniel menyatakan perasaannya padaku,dan dia menyuruhku untuk melupakan Rangga, bagaimana mungkin aku melakukan itu kak, aku tak bisa, aku bahkan terlalu mecintai Rangga untuk dapat melakukannya, aku tak bisa kak” Tangis Riana kembali pecah.
“tenanglah Riana kau tak perlu melakukan permintaan konyol Daniel itu, ya walaupun kakak agak sedikit sutuju dengannya, tetapi kakak tau kau sangat menyayangi Rangga, kakak tau itu”
“apa yang harus aku lakukan kak? Daniel sahabatku, aku tak menyangka semuanya akan berjalan sekacau ini, perasaannya terhadapku membawa hubungan kami dalam kehancuran, akau tak mungkin terus dekat dengannya sementara aku tau dia menginginkanku melupakan Rangga” jelas Riana
“sudahlah Riana, untuk sementara kau harus menjauhkan diri dari Daniel” ucapkan  Risal mencoba menenangkan Riana
“ tapi kak”
“sudahlah itu perintahku” tegas Risal, dia sangat tidak ingin melihat adiknya itu bersedih apalagi meneteskan air mata seperti sekarang ini.
“baiklah” terdengar suara Riana tertelan oleh tangisannya.
“kita sudah sampai” Risal lalu mengemudikan mobil  di depan pintu rumah yah begitu jauh dari pagar.
“baiklah aku akan masuk ke kamarku, dan terimah kasih kak” Riana tersenyum kearah Risal namun dengan cepat senyum itu kembali mumudar.
“akan aku katakan pada tante Ana kalau kau sakit perut sehingga harus pulang cepat”
Riana berbalik ke arah Risal kemudian berjalan masuk kedalam rumah.
*****
“kau sangat bodoh” terdengar suara Reno sedikit kesal terhadap tindakan saudaranya yang begitu kekanak-kanakan
“ ya aku memang bodoh tapi setidaknya aku telah mengungkapkan perasaanku kepada Riana” kemudian Daniel memegang pangkal hidungnya
“ ya sekaligus mengusir Riana dari hidupmu” celetuk Reno
“ kali ini kata-katamu sangat tepat menusuk jantung Reno” Daniel menghela nafas panjang.
“ apa yang akan kau lakukan selanjutnya?” Tanya Reno ragu
“ mungkin aku akan ke rumah Riana”
“ untuk menyerahkan dirimu untuk dipukuli oleh sepupu-sepupu Riana?” Reno mengangkat sebelah alisnya
“ jika itu yang harus terjadi agar Riana memaafkanku aku tidak akan menyesel sama sekali” tiba-tiba Daniel merasa kepalanya begitu berat
“ kau seperti harimau yang sedang memangsa kelinci yang berada ditangan pemburu, kau ingin memepertaruhkan tubuhmu itu untuk menjadi  sasaran para pemburu”  Reno memnghela napas kemudian berjalan ke luar “jika kau ingin pergi, katakan padaku, aku akan menemanimu, aku tak mungkin membiarkan saudaraku mati dipukuli orang lain diluar sana”
Daniel tersenyum miring mendengar ada kesungguhan dan kekhawatiran seorang kakak di balik kata-kata yang diucapkan oleh Reno. Kemudian Daniel menyandarkan tubuhnya di ujung ranjang.
*****
Riana menuju ruang kelas dengan membawa tumpukan buku di tangannya, hari ini rambutnya di kuncir sehingga membuat rambut tersebut tersibak ke kiri dan ke kanan, rambut hitam panjang yang sangat indah.
“Riana” terdengar suara lembut dari belakang Riana. Riana kemudian menoleh “ oh Tiara ada apa?” Tanya Riana kepada Tiara, baru kali ini model cantik Tiara menyapanya, mereka memang kenal tetapi tidak terlalu akrab.
“aku melihat Daniel pagi ini, melihat ekspresi mukanya sepertinya kau bertanggung jawab atasnya” ucap Tiara tanpa Ragu. Gadis ini selalu mengatakan sesuatu tanpa basa-basi.
“ dia tidak ada hubungannya denganku, kami sdh tidak berteman lgi jadi silahkan saja tanyakan sendiri pada Daniel” Riana kemudian memasuki ruang kelas meniggalkan Tiara yang berdiri di koridor.
Riana meilirik ke arah bangku kosong di samping Daniel dan melihat Daniel yang sedang memperhatikannya namun Riana berlalu begitu saja sepertinya hari ini dia tidak akan duduk disamping Daniel, Riana lebih memilih untuk duduk di bangku paling pojok yang memang sudah kosong dari dulu. Sementara Daniel menghela nafas panjang melihat tingkah Riana yang sudah 2 hari ini terus menghindari Daniel. “Riana sampai kapan kau akan terus seperti ini, menghindariku?” Tanya Daniel dalam hati. Sepanjang pelajaran berlangsung diam-diam Riana meperhatikan Daniel dari bangkunya, gadis itu merasa ada yang hilang dari kesehariannya setelah berusaha menghindari Daniel, Riana harus mengakui bahwa Daniel telah membawa pengaruh yang kuat dalam hidupnya, lelaki berdarah Jerman itu selalu berada di dekatnya disaat dia bahagia ataupun sedih dan sekarang dia benar-benar merasa kehilangan.
*****
Riana terbangun setelah mendengar suara ribut diluar sana, dan dia tau persis itu berada di areal rumahnya, karena tidak mungkin suara orang berkelahi dliuar areal rumahnya bisa terdengar sampai ke kamarnya mengingat jarak gerbang dari rumahnya sangatlah jauh. Rumah yang bagaikan istana itu memiliki pekarangan yang begitu luas, sehingga kendaraan yang berlalu-lalang di luar sana tidak akan mengusik tidur orang-orang yang berada di rmh itu.
Riana kemudian bangun dan berjalan keluar rumah untuk memastikan siapa yang membuat keributan disana, tidak mungkin sepupunya yang sedang bertengkar diluar sana karena mereka begitu sangat menghargai satu sama lain, kecuali jika ada org lain yang sengaja mencari masalah dan masuk ke rumah ini,,
“ aku hanya ingin minta maaf ke pada Riana”
Apa? Minta maaf kepada Riana, kenapa ada nama Riana yang disebut tadi? Siapa diluar sana, siapa yang ingin menemui Riana, suara itu suara yang barusan Riana dengar tadi, dia mengenalinya, tentu saja Riana mengenali suara itu, suara itu milik……
Kamudian Riana berlari keluar. Dan benar saja orang yg mengucapkan kalimat tadi adalah Daniel, dia sangat mengenali suara Daniel, bagaimana tidak mereka sudah lama bersama dan begitu akrab. Dan sekarang dia melihat Daniel sedang tersungkur ditanah dengan berlumuran darah.
“hentikan,, apa yang kalian lakukan, berhentilah memukulinya” Riana berteriak kearah 4 orang sepupunya yang sedang memukuli Daniel
“kenapa kami harus berhenti Riana? Orang ini yang telah membuatmu menangis ” ucap Reza sepupunya yang setahun lebih tua dari Riana
“ sudah hentikan atau akan aku beritahu kak Risal sekarang juga” ancam Riana.
Kemudian ke empat sepupu Riana melepaskan Daniel yang sudah penuh dengan bekas luka di sekujur badannya, pada awalnya mereka memang tidak ingin melukai Daniel setelah mendengarkan cerita dari Risal, namun sepertinya Daniel sendirilah yang mebawa dirinya untuk dihabisi.
“kau selamat kali ini” ucap Reza kepada Daniel dengan penuh tatapan kebencian.
Riana kemudian membawa Daniel ke ruang bacanya, takut jika kakek dan mamanya tahu bahwa Daniel telah dipukuli oleh ke empat sepupunya, bisa-bisa mereka semua akan dapat hukuman dari kakek.
Riana lalu menyuruh Daniel duduk di sofa empuk miliknya, lalu ia mengambil kotak P3K di ruang kesehatan yang telah disediakan di rumah itu, kalau-kalau ada anggota keluarga yang sakit tiba-tiba.
“ kau sangat bodoh dalam mengambil keputusan” ucap Riana dari balik pintu sambil mebawa kota P3K ditangannya
Daniel terseyum miring mendengar ucapan Riana “Reno sudah memperingatkanku, bahkan ia bersedia menemaniku kemari namun aku tak ingin menyusahkannya” Daniel  memegang tepi bibirnya yang memar dan mengeluarkan darah.
“ Aku rasa aku harus menghubungi Reno untuk menjemputmu setelah lukamu kubereskan” Riana kemudian melangkah mendekati Daniel yang sedang meringis kesakitan.
“ apakah kau sudah memaafkanku?” Tanya Daniel penuh harap.
“ sudahlah kau tak usah membahas itu lagi, dan bagimana mungkin aku tidak memaafkanmu setelah perbuatan nekatmu tadi” Riana mengangka sebelah alisnya lalu menatap Daniel.
“aku sungguh minta maaf Riana, aku tidak bermaksud untuk…”  Riana meletakkan jarinya kebibir Daniel mencegah lelaki itu untuk berbicara.
“ berhentilah untuk berbicara Daniel, biarkan aku mengobati lukamu” Riana kemudian megambil Kain hangat dan mengompres luka yang ada di lengan Daniel.
“ buka bajumu Daniel” perintah Riana
“untuk apa?” Daniel bertanya heran
“sudahlah  buka saja, aku harus memastikan bahwa sekujur tubuhmu tidak memar” ucap Riana dengan nada sedikit ketus.
“baiklah Daniel kemudian membuka baju kaos biru yang sedari tadi ia kenakan, dan sepertinya memang sudah pantas untuk di buang karena ada bekas darah di setiap titik baju itu. Setelah mengompres dan mengobati luka-luka yang ada di badan Daniel, Raina lalu keluar dankembali membawa sebuah baju kaos laki-laki di tangannnya.
“sejak kapan kau suka memakai baju laki-laki? Daniel mengernyitkan kening
Rian lalu terkekeh “yang benar saja, ini baju kaos milik sepupuku, kau tahu sendirikan hanya aku satu2nya anak gadis di rmh ini, jadi tidak susah bagiku untuk mendapatkan barang-barang lelaki di rumahku” jelas Riana dengan sedikit nada geli atas pertanyaan yang dilontarkan Daniel kapadanya., kemudian ia duduk di samping Daniel.
“berbaliklah, biarkan aku mengobati luka memar disudut bibirmu itu” ucap Riana. Daniel kemudian berbalik dan menatap  Riana yang sedang serius mengobati lukanya. “aduh’ Daniel meringis kesakitan. “maafkan aku, sakit ya, tapi tahan sedikit lagi aku akan memberikan obat merah pada lukamu”Riana langsung mengambil obat merah lalu meneteskannya diluka Daniel kemudian mengambil kapas dan sedikit plester luka. Akhirnya luka itu selesai dibalutnya, namun secara tidak sadar Daniel menatap Riana begitu tajam hingga akhirnya mata Riana bertatapan dengan mata biru mliki Daniel. Mata itu mata yang begitu hangat yang sedang menatapnya dengan begitu tajam. Seketika Riana mendapati tubuhnya membeku dia merasakan perasaan yang aneh yang tak pernah ia rasakan kepada Daniel, itu adalah perasaan yang dirasakan ketika ia pertama kali bertatap mata dengan Rangga. apakah mungkin? Apakah mungkin Riana mulai jatuh cinta terhadap Daniel? Tidak itu tidak boleh terjadi.
“kau kenapa Daniel apa kah sakit?” ucap Riana berusaha menyembunyikan kegugupannya
“ sakit ini tidak berarti bagiku Riana” Daniel kembali menatap Riana tajam dan mendekat dengan Riana sehingga mereka begitu dekat dan sangat dekat “tetapi ada yang lain dari diriku yang sakit Riana, dan akan begitu sakit jika kau berusaha menjauh dariku” Daniel mendekat lagi dan membuat Riana begitu kaku, Daniel kemudain mengambil tangan Riana “ kau rasakan ini Riana? Dia berdetak untukmu” Daniel menyehtuhkan tangan Riana ke dadanya. Sponton Riana seperti tersambar petir, tetapi tidak seperti  2 hari yg lalu ketika mereka bertengkar Riana merasakan ada perasaan lain  yang menyelimutinya.
“Daniel” ucap Riana pelan
“ ya Riana ada apa?” Daniel setengah berbisik
“ bisakah kau menjauhkan  dariku, aku begitu susah bernapas jika kau sedekat ini” ucap  Riana lagi-lagi berusaha menyembunyikan kegugupannya.
“oh ya baiklah Riana, tapi tidakkah kau merasa merindukanku Riana?”
Riana menghela nafas “ aku, sebenarnya aku sangat merindukannmu Daniel”. Mendengar jawaban Riana, Daniel tidak dapat menahan lagi untuk tidak memeluk Riana, ditariknya Riana dan dipeluknya dengan penuh rasa kasih sayang. “ aku mencinatimu Riana” ucap Daniel di telinga Riana.
Riana hanya terdiam, dia merasakan sesuatu yang berbeda dari perasaannya terhadap Daniel.
“baiklah Daniel sekarang kau harus menghubungi Reno dan menyuruhnya untuk menjemputmu” Riana melepas tangan Daniel denga lembut
“belum saatnya Riana, aku masih ingin disini bersamamu” ucap Dniel pelan
“apakah kau ingin aku kembali memusuhimu?” Riana menyipitkan matanya ke arah Daniel
Daniel tersenyum “ baiklah tuan putriku” Daniel kemudian mengirimkan pesan singkat kepada Reno “ aku sudah menghubungi Reno dan bisakah sekarang aku memelukmu lgi?” Daniel kemudian kembali memeluk Riana.
Selang beberapa menit kemudian Reno datang dengan tergesa-gesa dan masuk ke ruang baca milik Riana dengan diantarkan oleh salah satu sepupu Riana.
“dasar kau sembrono” Reno berteriak marah kepada Daniel
“ usahaku tidak sia-sia Reno, tuan putriku ini memaafkanku” Daneil melirik ke arah Riana yang sedang dalam rangkulannya
Reno tersenyum miring kemudian duduk di depan Daniel dan Riana “ Riana, lihat dia, dia begitu bodoh bukan?”
“ ya Reno lelaki disebelahku ini memang sangat bodoh” ucap Riana dengan nada mengejek
“sekarang kita harus pulang Daniel sebelum ibu dan ayah pulang terlebih dahulu dan melihatmu luka-luka seperti ini, kau bisa kena semprot nantinya” Reno mengingatkan
Daniel menghela nafas “ ya sepertinya aku harus meninggalkan permataku untuk sementara”. Kemudian mereka bertiga berjalan menuju depan rumah tempat mobil Reno diparkir.
“aku akan menyuruh supir untuk mengantarkan mobilmu pulang” ucap Riana kepada Daniel
“ ya sayang terimah kasih” Daniel berbisik denganlembut ditelinga Riana kemudian mengecup kening Riana sebelum kemudian dia meninggalkan Riana dengan  keadaan membeku di depan pintu.
Kata-kata itu begitu hangat di telinga Riana, Daniel apa yang telah kau lakukan padaku? Apa kau berusaha untuk merebut hatiku?”
*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar