Label

Jumat, 07 Agustus 2015

Let Your Heart Choose part 7

Daniel menopang tubuh Riana sambil membawanya masuk ke dalam Rumah, dan ternyata Risal telah berdiri di depan pintu dengan wajah yg tidak menyenangkan.
“apa yang kau lakukan pada Riana?” suara Risal menggelegar dan tangannya sudah terkepal
“bukan aku yg melakukannya” jawab Daniel mulai waspada
“lau kenapa dia menangis? Dia hanya pergi bersamamu” mata Risal penuh dengan kemarahan.
“tadi dia menerima kabar tentang Rangga” Daniel berjalan melewati Risal lalu mendudukkan Riana di sofa”
“Rangga katamu?” Risal mengerutkan keningnya
“ya” jawan Daniel singkat
“ kenapa dia selalu muncul disaat Riana mulai bahagia kembali, seolah dia tidak pernah membiarkan Riana bahagia” Risal menggerakkan gerahammnya menahan marah.
“dia tidak bersalah kak, selama ini dia bahkan lebih menderita dibandingkan aku” Riana mencoba menenangkan Risal
“apa maksudmu Riana jelas-jelas kau yang menderita karena ulahnya” Risal kembali menggeram
“ tidak kak, tidak” Riana berteriak dengan suara yang sangat serak. “Rangga kecelakaan dan sekarang ia lumpuh dan malu untuk menemuiku, ia menahan penderitaannya sendiri, menahan perasaannya kepadaku hanya untuk membiarkanku hidup bahagia tanpanya, tanpa merepotkanku” Riana menangis kembali. “aku akan berangkat ke Medan besok pagi, tolong ambilkan aku tiket kak” ucap Riana pada Risal.
Daniel dan Risal terlihat kaget mendengar ucapn Riana, kemudian Risal menghela nafas “ baiklah”. Tidak mungkin Risal menolak permintaan Riana, ia sangat ingin bertemu dengan Rangga. Sementara Daniel kembali dengan binar mata yang sangat dingin badannya kaku, Riana akan bertemu kembali dengan Rangga itu berarti ia akan kembali melepaskan gadis yang hampir saja menjadi miliknya.
Ponsel Riana kemudian berdering.
Jln. Asrama pondok kelapa perumahan bumi asri blok G-180 Medan.
Ini alamat rumah Rangga, aku harap kau bisa mengunjunginya.
Liana
“Riana aku harus kembali” Daniel berdiri dari tempat duduknya “jaga dirimu baik-baik, jangan menangis lagi” kamudian Daniel pergi meninggalkan rumah Riana. Semenatara Risal hanya terdiam melihat Riana yg juga duduk terdiam di sofa dengan mata sembab.
“kak bisakah kau menemaniku ke Medan besok?” Tanya Riana membuka percakapan sambil menghapus air matanya.
“ya baiklah, lagi pula aku juga tidak akan membiarkanmu pergi sendiri” jelas Risal
“kak aku akan ke maraku untuk beristirahat” Ucap Riana sambil berdiri dari tempat duduknya.
“baiklah Riana kau memang membutuhkan istirahat yang cukup saat ini” balas Risal.
Riana kemudian berjalan menuju kamarnya dengan langkah yang sangat lunglai ia membuka pintu kamarnya lalu menghempaskan badannya ke ranjang, sekarang ia telah mendapat kabar dari Rangga, Rangga yang sejak 3 bulan yang lalu menghilang dari hidupnya, hati Riana saat ini sangat senang ia akan kembali bertemu dengan Rangga yang sangat ia rindukan, tetapi ada yang aneh dari diri Riana memang benar bahwa Rangga yang selama ini menghilang muncul kembali ke permukaan hatinya, namun apakah benar hal ini yang diinginkan oleh Riana? Apakah hatinya benar-benar menginginkan Rangga kembali dan mengisi hatinya lagi? Riana kemudian teringat pada Daniel, lelaki yang senantiasa mendampinginya dikala susah ataupun senang, lelaki itu selalu berada di samping Riana dan menjaga Riana, lelaki itu yang selalu memberikan dorongan motivasi kepadanya disaat dia putus asa dan merasa kehilangan Rangga, dan lelaki itu pula yang menemaninya dan membantunya untuk menjalani hidup kembali, melukiskan kembali senyumnya yang hilang setelah Rangga menghilang.
Riana tak tahu apa yang hatinya inginkan saat ini, apakah ia akan tetap bersama Rangga kekasihnya ataukah memilih untuk bersama Daniel yang selama ini selalu berada disisinya. Riana termenung dan merasakan pening di kepalanya, mungkin akibat ia sedari tadi mengeluarkan air mata, Riana lalu mencoba untuk memejamkan matanya untuk beristirahat sejenak.
Tetapi tiba-tiba ponsel Riana berdering, satu pesan dari Daniel
Riana aku tahu kau sangat menyayangi Rangga dan aku tahu kau pasti sangat senang sekarang, tetapi Riana tolong fikirkan aku juga, aku mencintaimu sama seperti Rangga mencintaimu, aku tidak akan memaksamu untuk memilihku tetapi pertimbangkan dengan baik keputusanmu Riana, Biarkan hatimu memilih.
setelah membaca pesan dari Daniel, Riana lalu memilih untuk menonaktifkan ponselnya lalu ia meletekkannya di atas meja kecil dekat lampu tidurnya, lalu Riana kembali merebahkan badannya di ranjang memutuskan untuk tidur, lalu kemudian Riana teringat kata-kata Daniel pada pesan singkat yang baru saja ia baca, benar juga apa yang Daniel katakan Biarkan Hatimu Memilih, Riana kemudian memeluk bantal guling disampingnya lalu memejamkan matanya.
*****
Kak Ani membuat waffle coklat untuk Rangga, sementara Rangga menjalani terapi penyembuhan kakinya. Rangga tidak pernah putus asa untuk bisa berjalan  kembali, dia sangat ingin menemui Riana dengan tubuh yang sehat, tidak lumbuh seperti sekarang ini.
“Rangga kau harus mengisi perutmu dulu sekarang sudah jam 10, atau kau akan menyesal melewatkan sarapanmu” kak Ani berjalan menuju  Rangga dengan membawa sepiring waffle ditangnnya.
Rangga tersenyum kemudian duduk diatas kursi rodanya “terimah kasih telah merawatku kak” ucap Rangga lembut
“kau tak perlu berkata seperti itu Rangga, sudah seharusnya aku merawatmu” kak Ani tersenyum lembut dan memberikan waffle kepada Rangga. “tentang Riana apakah kau tidak ingin menghubunginya?” Tanya kak Ani pada Rangga walaupun sebenarnya ia sudah tau bahwa Liana menghubungi Riana.
“tidak, tidak sebelum kakiku sembuh kak” nada suara Rangga berubah lemah.
Kak Ani menatap Rangga dengan rasa Iba, “kau begitu sangat menyayangi Riana, kakak tau itu dan apakah sekarang kau berusaha untuk menghukum dirimu sendiri karena kesalahan yg kau lakukan dahulu” ucap kak Ani dalam hati.
Kemudian Terdengar suara bel berbunyi.
“siapa itu, ini masih pagi, ataukah Liana kembali mengulangi perbuatan buruknya?” Tanya Riana dengan nada curiga
“tidak Rangga, Liana ada di kamarnya dia masih tidur” kak Ani kemudian pergi membuka pintu meninggalkan Rangga sendiri di halaman belakang.
“ secapat ini kah? Ku rasa kau sangat menyayangi Rangga, terimah kasih Riana” Kak Ani tersenyum lalu memeluk Riana yang berdiri di depan pagar.
“ kakak begitu tega padaku tak memberi tahu perihal Rangga” ucap Riana kemudian membalas pelukan kak Ani.
“siapa dia?” Kak Ani bertanya sambil melihat ke arah Daniel yang berdiri di belakang Riana”
“oh ini Daniel kak, dia sahabatku, tadinya aku berencana berangkat bersama kak Risal, tapi dia mendadak ada urusan sementara ke 4 sepupuku lainnya juga sibuk dengan urusannya, jadi kak Risal mempercayakan Daniel untuk menemaniku” jelas Riana kepada kk Ani.
“oh,, kalau begitu silahkan masuk” kak Ani mempersilahkan Riana da Daniel masuk menuju ruang tamu. “Riana, Rangga ada di halaman belakang mungkin kau ingin menemuinya”. Riana tidak menjawab lalu bergegas menuju ke halaman belakang, matanya menyimpan rindu di sana. Sementara Daniel hanya diam memperhatikan Riana, dia tidak berniat untuk menyusulnya.
Riana memperhatikan Rangga dari belakang, lelaki itu sedang berusaha untuk berjalan, “dasar keras kepala” ucap Riana dengan nada pelan, tetapi berhasil membuat Rangga kaget.
“Riana, kau..” Rangga terpaku melihat Riana yang sedang berdiri disampingnya, ia mencoba mencubit dirinya sendiri mengira bahwa ini adalah halusinasinya saja.
“auuh,, benar-benar sakit” Rangga kemudian duduk di kursi rodanya “siapa yang memberitahumu tentang aku Riana?” Rangga bertanya curiga
“Liana yang memberitahunya” Riana berjalan ke arah Rangga kemudian memeluk lelaki itu dengan lembut “kau bodoh Rangga, kau sangat bodoh” Riaan tak sanggup menahan air matanya.
Rangga membalas pelukan Riana “maafkan aku Riana, aku tidak bermaksud untuk...” Rangg tak sempat untuk menyelesaikan kalimatnya karena Riana sudah mencium bibir Rangga terlebih dahulu.
“tidak apa2 sayang” Riana memegang pipi Rangga “kau tak perlu minta maaf” ucap Riana lembut kemudian memeluk Rangga lgi “aku merindukanmu” tambah Riana.
Tanpa disadari air mata jatuh dari sudut mata Rangga, ia tidak percaya bahwa Riana berada di depanya sekarang, bahkan Riana memeluknya, memeluknya dengan sangat lembut. “aku juga merindukanmu Riana” ucap Rangga dengan sedikit serak.
Daniel memperhatikan sepasang kekasih itu dari kejauhan, semula ia tidak ingin menyusul Riana tetapi ternyata kakinya membawanya sampai ketempat ia berdiri sekarang, hatinya terasa diiris dengan silet yang masih baru, terasa sangat perih. Daniel kemudian melangkah menjauh, tahu bahwa kesempatannya untuk memiliki Riana sudah hilang.
*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar