Label

Jumat, 07 Agustus 2015

Let Your Heart Choose Part 6



Riana melespaskan baju mandinya kemudian menuju ke arah bathub yang sudah terisi dengan air hangat, lalu kemudian ia menenggelamkan dirinya kedalam  air hangat tersebut. Riana begitu lelah seharian berpegian dengan Daniel dan sekarang seluruh badannya butuh di rilekskan. Seluruh sudut kamar mandi dipenuhi  dengan aroma mawar yg sangat harum membuat Riana hampir tertidur di dalam bathub. Setelah selesai Riana kemudian mengambil baju mandinya lalu duduk di tepi ranjang sambil mengotak-atik ponselnya mengecek apakah ada pesan atau mungkin panggilan tak terjawab, dan dugaannya memang tepat ada 13 panggilan tak terjawab dan 6 pesan diponselnya, Riana tersenyum melihat nama yang terpampang di ponselnya semua panggilan dan pesan yg masuk adalah dari Rangga, lelaki itu benar-benar tidak sabaran.kemudian ponsel Riana kembali berdering itu panggilan dari Rangga, cepat-cepat Riana mengangkat telpon tersebut sebelum Rangga mengeluarkan asap dari telinganya.
“ hebat ya di telpon tetapi tidak diangkat, dari mana saja kau?” Rangga sudah menyemprotkan kata-kata mutiaranya sebelum Riana menyapanya, Rangga terdengar begitu kesal.
Riana terkekeh mendengar kekasihnya penuh yang kesal itu “aku baru saja selesai mandi sayang, dan aku hampir tertidur di dalam kamar mandi” Riana kemudian tersenyum.
“oh astaga tidakkah kau tau  aku sangat menghawatirkanmu, untung saja mamamu tadi memberitahuku kalau kau ada di kamar” ucap Rangga kesal.
“mama? Apakah kau baru saja menghubungi mamaku?” Riana tak dapat menahan tawanya.
“ apa yang lucu Riana? Ini sama sekali tidak lucu” tukas Rangga memperingatkan
“iya sayang.. iya maafkan aku” Riana menghentikan tawanya dan berusaha menenangkan Rangga
Rangga menghelas napas ia sangat tidak bisa marah begitu lama pada Riana, gadis itu telah menguasai diri Rangga sepenuhnya  “Aku hanya tidak ingin kehilangan permataku” Rangga mengucapkan kalimat tersebut dengan penuh rasa sayang dan memiliki, seakan mengatakan bahwa Riana adalah miliknya, hanya miliknya.
“aku tau sayang, dan sekarang kau boleh lega karena sekarang aku baik-baik saja,” Riana tersenyum “ kalau begitu bisakah kau menunggu sebentar?”
“ kau mau kemana lagi Riana? Aku sudah menunggumu sejak tadi dan sekarang kau mneyuruhku untuk menunggu lagi?” geram Rangga
“tenanglah sayang, aku hanya ingin memakai pakaiannku, tentu kau tidak akan membiarkanku tidur dengan pakaian mandi yg basah bukan?” Riana kembali menenangkan Rangga.
“ya” Rangga kembali menghela napas. Sesaat kemudian Riana telah lengkap dengan baju tidurnya dan berbaring diatas ranjang yang terasa begitu empuk, terasa sangat nyaman membaringkan tubuh yang kelelahan diatas ranjang tersebut.
“sayang” ucap Riana dengan lembut
“ ya sayang” ucap Rangga tak kalah lembutnya, sepertinya amarah Rangga yang  tadinya menggebu-gebu telah hilang.
“aku merindukanmu” rayu Riana
“aku juga merindukanmu sayang” ucap Rangga dengn penuh kehangatan. Riana tersenyum, tampak begitu bahagia di balik raut wajahnya tersebut. “bisakah kita tidur sekarang? Aku sangat lelah” ucap Riana setengah menguap.
“baiklah sayang tapi sebelum itu biarkan aku mengatakan sesuatu” Rangga setengah berbisik
“ katakan saja sayang” ucap Riana sambil memejamkan matanya.
“aku menyayangimu Riana, selamat tidur gadis kecilku, selamat tidur permata hatiku, jangan tinggalkan aku Riana” ucap Rangga dengan begitu lembut yg seakan-akan merasuk ketulang Riana. Kalimat itu kalimat terakhir yang Riana dengar hingga akhirnya ia terlelap dalam tidurnya dengan ponsel yg masih menempel di telinganya.
*****
Sudah 2 bulan setelah malam terakhir  Riana menelpon dengan Rangga dan sekarang Rangga sama sekali tidak ada kabar sedikitpun, ponsel Rangga bahkan tidak pernah aktif. Riana sudah mencoba berbagai cara untuk menghubungi Rangga tetapi tetap sia-sia, dia juga membuka jejaring sosial yang biasa di pakai Rangga namun tidak ada tanda-tanda bahwa Rangga pernah menggunakan jejaring sosial tersebut setelah hari terakhir ia telponan dengan Rangga, Riana bahkan menyusul Rangga ke Medan namun Riana tidak tau alamat Rangga karena setiap bulan Ranggalah yg mengunjunginya di Bandung, astaga dimana Rangga sekarang? Apakah dia berusaha untuk menghindariku? Tetapi kata-katanya malam itu, tidak, tidak mungkin Rangga tega melakukan ini padaku. Riana mencoba mengusir pikiran buruk di otaknya itu. Dengan pasrah Riana duduk menatap ke langit dia berdoa semoga Rangga kembali menghubunginya, tanpa sadar air mata Riana kembali menetes dari sudut matanya.
“kasihan Riana, sudah belakangan ini ia tidak nafsu makan, berat badannya menurun drastis” ucap mama Riana penuh rasa iba kepada putrinya.
“kalau sampai aku bisa mendapatkan laki-laki tak bertanggung jawab itu, akan kuhabisi dia, taga-teganya dia menggantungkan Riana seperti ini” ucap Risal dengan kesal, ia menggerakkan gerahammnya menahan amarah
“sudahlah Risal, tak ada gunanya seperti itu, sekarang lihatlah Riana, kita harus segera mengembalikan senyumnya” mama menatap Riana dengan tatapan penuh Iba.
“sudah berapa lama dia duduk disana?” Tanya Risal
“sudah sejak tadi pagi, dia bahkan belum pernah memasukkan sesuatu pun ke dalam perutnya” mata mama terlihat berkaca-kaca. “bujuk dia Risal, bujuk adikmu, tante tidak bisa milhatnya seperti ini terus” kemudian air mata jatuh di pipi mama Riana.
“baiklah tante aku akan mencobanya” Risal kemudian berjalan mendekati Riana yg sedang duduk di bangku taman rumahnya.
“Riana makanlah dulu” ucap Risal kemudian duduk disamping Riana. Riana hanya menoleh sebentar ke arah Risal lalu kemudian menatap kedapan dengan tatapan kosong, Riana yang sekarang sudah benar-benar bukan Riana yg dulu lagi, senyum yang selalu terlukis di wajahnya sekarang sudah hilang, Riana bagaikan robot, yg ada sekarang hanya tubuhnya tetapi jiwanya seakan telah mati.
Risal menghela napas melihat  reaksi Riana “apakah kau sangat mecintai Rangga?” Risal menoleh ke arah Riana, namun Riana hanya terdiam, matanya mulai berkaca-kaca. “sepertinya kakak tidak perlu jawabanmu lagi Riana sudah terlihat jelas dimatamu” Risal kemudian bersandar di sandaran bangku dan mengikuti arah pandangan Riana “ketika kita mencintai seseorang dengan sangat, kita merasa bahwa kita begitu bahagia, begitu sangat kuat untuk menjalani hari-hari kedepannya, namun tanpa sadar cinta itu adalah kelamahan manusia yang paling nyata, ketika cinta berbalik menyakiti  kita maka semuanya akan sirna, itu sebabnya kenapa sampai skrng kakak tak bisa membuka hati untuk orang lain, semenjak kematian Pacar kakak, kakak takut akan mengalami sakit itu sekali lagi, dan sekarang aku mendapatkan adik yang ku sayangi mengalami hal yg sama, seharusnya kakak bisa mencegahnya terjadi padamu, namun semuanya sudah terlambat, maafkan kakak Riana” ucap Risal dengan nada menyesal.
Riana kemudian menatap Risal yang duduk disampingnya, ia melihat penyesalan yg dalam di mata sepupunya itu, dan dia tau Risal sangat menyayanginya. Raina sadar bahwa dengan keadaannya saat ini dengan tidak sengaja Riana juga membawa orang-orang disekililingnya merasakan kesedihannya, tapi kanangan tentang Rangga tak bisa membuatnya menahan air mata yg rerus menerus mendesak keluar.
“Riana tidakkah kau tahu mama mu sangat menghawatirkanmu, aku, Reza, Raditya, kakek dan seluruh orang di rumah ini menghawatirkanmu, kami ingin kau kembali lagi Riana, kembali sebagai Riana periang seperti dulu” mata Risal mulai terasa panas dan suaranya terdengar serak.

Riana tau dia harus segera berubah dia tak bisa terus menerus seperti ini, menyakiti dirinya sendiri dan juga keluarganya, keluarga yang sangat meyayanginya, “kakak kau jangan menangis,” Riana memegang pipi Risal “aku akan coba untuk kembali kakak, dan aku akan tetap menunggu hingga Rangga menghubungiku kembali” mata Riana penuh dengna harapan dan Risal menyadari hal itu. Separtinya Rangga telah mendapatkan tempat yang sangat tinggi dihati Riana, dan bodohnya lelaki itu memilih untuk meninggalkan tempat itu.
“apakah kedatanganku menganggu?” terdengar suara seorang laki-laki dibelakang mereka, suara itu suara yang sangat Riana kenal.
“tentu saja tidak” Risal berdiri “aku akan kedalam untuk mengambilkan Riana makanan, dan juga untuk tamu sepertinya” Risal kemudian berjalan masuk ke dalam rumah
“Riana maafkan aku datang tanpa memberitahumu sebelumnya” ucap Daniel
“tidak apa-apa Daniel, aku senang kau mengunjungiku” Riana tersenyum sedikit lalu senyum itu kembali hilang.
“apakah kau masih tetap menunggu Rangga?” Daniel manatap Riana tajam. Namun Riana hanya menjawab dengan sedikit anggukan. Daniel menghela napas “sampai kapan kau akan mengharapkan lelaki itu, lelaki yang sudah jelas-jelas menelantarkanmu dan lari seperti pengecut” Daniel menggeram kesal.
“tidak Daniel, Rangga tidak meninggalkanku” suara Riana meninggi dan terdengar sangat berat “ Rangga pasti, dia pastii…” suara Riana tertelan oleh tangisan, Daniel kemudian meraih Riana dan memeluknya erat, memeluk gadis yang ia sayangi “maafkan aku raina, aku tidak bermaksud untuk menyakitimu” Daniel terdengar sangat menyesal.
Riana tetap mengsi dipelukan Daniel dan tanpa sadar Riana memluk Daniel, Rian  mersa nayaman berada disamping Daniel lalukemdian Rian tertidur di pelukan Daniel, matanya sdh terlalu lelah mengis seharian dan skrng ia terdtirudr pulas.
*****
Rangga kau menyuruhku untuk tidak meniggalkanmu tetapi kau sendiri yang melakukannya, kau meninggalkanku Rangga kau tega melakukannya padaku, kau sangat egois Rangga. Riana menatap dirinya dicermin melihat mata yg sembab disana, Riana tak kuasa menahan kesedihan ketika mengingat Rangga yg dulu selalu mengisi hari-harinya, sekarang aku sendiri Rangga, dan sekarang yang menemani tidurku hanyalah rekaman suaramu yang sempat ku rekam dulu. Aku merindukanmu Rangga, aku sangat merindukanmu, dengarkan aku Rangga. Ataukah aku harus mulai melupakanmu? Apakah itu yang kau inginkan Rangga?. Tdiak, aku tidak akan putus asa, aku akan terus menunggu  kabar darimu Rangga aku akan terus menunggu. Sudah sejak 2 bulan lalu kau menghilang dan perasaan ini tetap padamu Rangga. Riana kemudian menyetel rekaman suara Rangga kemudian berbaring diatas ranjangnya. Tetapi sebelum ia sempat menutup mata untuk tidur siang, terdengr suara ketukan dari balik pintu kamarnya.
“sayang apakah kau di dalam?” itu suara mama Riana. Riana kemudian berjalan membuka pintu kamarnya. “ada apa ma?” tanya Riana sambil menggosok matanya.
“Daniel menunggumu diluar, katanya hari ini kalian ada janji untuk keluar”. Oh ya ampun bagaimna bisa Riana melupakan janjinya dengan Daniel, lelaki itu pasti sangat marah sekarang, Riana lalu berlari kecil menemui Daniel yang sudah berdiri di dpn pintu.
“maafkan aku Rangga, aku benar-benar  lupa” Riana meminta maaf sangat menyesal dan takut jika Daniel marah padanya, tetapi sepertinya tidak ada raut wajah yg menunjukkan lelaki itu marah. Daniel malah tersenyum lembut kepada Riana “tdk apa-apa Riana, aku tidak akan marah kepadamu” kata Daniel seolah tau isi pikiran Riana.
Riana menghela nafas  “syukurlah, aku begitu takut jika kau marah dan meninggalkanku juga seperti yg dilakukan Rangga” tiba-tiba saja mata Riana terasa panas. Daniel lalu memeluk Riana lembut “tidak Riana aku tidak akan melakukan hal yang sama dengan lelaki bodoh itu, aku akan menjagamu disini tetap untukmu”.
“terimah kasih Daniel” Riana menenggelamkan kepalanya didada Daniel yg sedang memeluknya erat seolah tak ingin melepaskan Riana.
“apakah kau mau ikut denganku hari ini?” Daniel kemudian melepas pelukannya dan kembali menatap Riana
“kemana?” tanya Riana ragu
“mungkin ke tempat yang bisa menghiburmu” Daniel tersenyum
“baiklah aku akan ikut” Riana juga tersenyum. Senyum yang dulu yang sering ia perlihatkan sebelum Rangga pergi tanpa pamit darinya. Daniel kemudian memeluk Riana kembali “akan aku pertahankan senyum diwajahmu itu Riana” gumam Daniel dalam hati.
*****
Riana kembali ceria, dia kembali menebar senyum cerianya. Sekarang sudah 3 bulan sejak Rangga menghilang dan Riana sudah kembali menemukan dirinya sendiri, walaupun jauh dilubuk hatinya dia masih mengharapkan Rangga kembali. Riana mengisi hari-harinya ditemani dengan Daniel sahabatnya yang sangat mencintainya, dan sejak sebulan terkahir ini hubungan mereka semakin akrab Daniel selalu bermain ke rmh Riana, begitu pula sebaliknya Riana sering ke rumah Daniel sehingga sekarang ia bisa membedakan  Reno dan Daniel dengan sangat jelas, mengingat Reno yg sering berpura-pura sebagai Daniel jika ia berkunjung ke rumah Daniel.
Oh itu dia Daniel sedang duduk di pojok kanan sebuah restoran yg sangat elegan, Daniel mengenakan Kemeja putih dan jeans hitam.
“sudah lama menunggu?” tanya Riana yang membuat Daniel terperanjat kaget.
“oh ti..tidak..” ucap Daniel gugup.
“kenapa kau begitu gugup? Apa kau terkejut?” Riana memngernyitkan keningnya lalu kemudian tertawa “ekspresimu itu seprti cicak yang terjepit pintu” Riana melanjutkan tawanya lalu duduk di depan Daniel.
“terus saja terwata Riana, kau cantik saaat tertawa” ucap Daniel penuh arti sehingga membuat pipi Riana merona merah.
“apa yang ingin kau katakan” ucap Riana sambil berusaha menyembunyikan rasa malu akibat perkataan Daniel.
Lakilaki itu berubah serius ketika mendengar pertanyaan Riana lalu kemudian menatap Riana dalam-dalam “aku mecintaimu Riana” ucap Daniel pelan.
Tubuh Riana terasa kaku namun ia berusaha bertanya kembali memperjelas apa yang dikatakan Daniel “ka...kau bilang apa?” Riana mulai gugup.
“aku bilang, aku mecintaimu Riana, maukah kau menjadi pacarku?” tanya Daniel tiba-tiba membuat Riana sangat kaget dan sangat kaku. Riana tidak dapat berkata apa-apa ia hanya terpaku dalam duduknya. Sekarang ia berada di depan Daniel lelaki yang menyatakan cinta padanya, Riana kalau dirinya juga memiliki perasaan kepada Daniel tetapi itu tidak mungkin ia masih berharap kepada Rangga, Rangga yang sangat ia sayangi, Riana tidak ingin menjadikan Daniel hanya sebagai pelampiasannya ketika Rangga tak ada disisinya. Saat ini Riana hanya ingin menunggu Rangga kembali. Mungkin Riana akan menerima Daniel jika Rangga tak kunjung kembali dan perasaannya telah hilang, bukan saat ini.
Tiba-tiba ponsel Riana berdering dan menyadarkan Riana dari lamunannya, segera ia mengambil ponsel dari dalam tasnya. Nomor baru tertera di layar ponselnya, siapa dia? Siapa yang menghubunginya? Riana mengernyitkan kening.
“ada apa Riana, siapa itu?” Tanya daniel curiga
“entahlah, panggilan ini dari seseorang yang tak aku kenal” baru saja Riana ingin menjawab panggilan tersebut tetapi ternyata Riana terlalu lama memandang nomor yang tertera di layar ponselnya sehingga panggilan  tidak sempat ia jawab.
“kenapa tidak dijawab” tanya Daniel lagi
“aku baru saja ingin menjawab tetapi panggilan sudah mati, kalau yang tadi penting mungkin dia akan menelpon kembali” Ucap Riana santai lalu meletakkan ponselnya diatas meja.
“Riana bagaimana dengan  pertanyaanku tadi?” Daniel mulai memastikan. Tetapi Riana hanya diam “baiklah Riana, aku tidak akan meminta jawabanmu sekarang, fikirkanlah dulu” Daniel lalu tersenyum.
Ponsel Riana kembali berdering, itu nomor yang sama yang menghubunginya tadi. Siapa orang ini? Batin Riana mencoba menebak.
“ya hallo” sapa Riana
“hallo, apakah ini benar nomor milik Riana?” terdengr suara wanita diseberang sana
“ya benar, anda siapa” Tanya Riana kebingungan mencoba mencari tahu siapa wanita itu.
“Riana maafkan Rangga yang telah membuatmu menunggu begitu lama” tiba-tiba saja suara wanita itu menjadi serak.
Riana tertegun mendengar ucapan itu, siapa wanita ini? Siapa yang sedang berbicara dengannya. Apakah mungkin wanita ini penyebeb Rangga tak lagi menghubunginya? Ataukah mungkin ini kak Ani?, tidak, ini bukan suara kak Ani, Riana kenal betu suara kak Ani.
“anda siapa? Kenapa menyebut Rangga, ada apa dengan Rangga?” Tanya Riana bingung.
Daniel yang mendengar nama Rangga disebut tiba-tiba ekspresinya berubah, matanya memancarkan aura yang sangat dingin.
“Riana aku tahu mungkin aku salah menghubungimu, karena aku telah mengingatkan pada masa lalumu lagi, tetapi Rangga, dia benar-benar menderita Riana” ucap wanita itu dengan nada serak.
“menderita? Apa maksudnya, tolong berbicaralah dengan jelas, jangan membuatku kebingungan seperti ini”  Riana mulai gugup
“3 bulna yang lalu Rangga mengalami kecelakaan ketika ia pergi ke sebuahtoko buku krn ingin membelikan sebuah novel yang katanya sangat kau inginkan, ia keluar rumah dengah wajah yang sangat berserih, tapi badan yang kembali hanya badan yg bersimpah darah” jelas wanita itu.
Riana kembali kaku, merasa petir menyambarnya berkali-kali. Rangga mencoba membelikan novel itu, novel yang pernah ia ceritakan kepeda Rangga “Only You”.
“lalu kenapa tak satupun dari keluarga Rangga yang menghubungiku? Bahkan ponsel Rangga juga tak pernh aktif, lalu kau siapa kau tentu bukan kak Ani” mata Riana mulai berkaca-kaca. Sementara Daniel hanya diam dengan tatapan dinginnya.
“aku Liana sepupu Rangga, saat itu aku baru sampai di Medan ketika mendengar berita bahwa Rangga kecelakaan, Kak Ani sangat gugup dan ketakutan, ia duduk dan memeluk putrinya di koridor depan ruang UGD, sementara suaminya sibuk mengurus administrai untuk operasi Rangga” jelas wanita itu lagi. “kedua kaki Rangga patah dan tempurung kepalanya Retak sehingga mengakibatkan beberapa sharafnya terjepit,  ia harus di operasi, kami mengira bahwa Rangga tidak akan bertahan lagi, kami sangat cemas melihat keadaan Rangga tapi beruntunglah Tuhan masih melindungi Rangga, ia selamat” ucap Liana
“lalu kenapa ditidak menghubungiku? Knp ? apakah aku tak pantas untuk mengetahui keadaannya?” tangis Riana mulai pecah.
“maafkan kami Riana, Rangga tidak ingin melukaimu, ia tidak ingin membuatmu repot Karena keadannya, setelah operasi dokter berkata bahwa kemungkinan besar Rangga akan lumpuh, dan untuk sembuh butuh proses yang sangat panjang” penjelasan dari Liana membuat Riana kembali sangat kaku “Rangga tidak ingin membuatmu cemas, dia tidak ingin kau mendampingi orang cacat sepertinya, ia ingin melepaskanmu, tetapi dengan itu dia menyikasa dirinya sendiri, setiap malam dalam tidurnya ia menyebut namamu Riana, ia bahkan menyuruh kami mencetak fotomu dengan ukuran besar dan meletakkannya pas di depan ranjangnya, ia berusaha untuk menanggung bebaban sendiri, ia sangat menyayangimu Riana” jelas Liana mencoba untuk menahan tangis.
Riana hanya terdiam dan terus menangis dia bahkan tak pernah berifkir seperti itu, ia hanya berfikir bahwa Rangga meninggalkannya dan membuatnya sangat menderita tetapi ternyata yg dialami Rangga lebih dari sebuah penderitaan. “Riana aku menghubungi karena aku tak sanggup melihat keadaan Rangga yg seperti ini, kau mungkin bisa datang ke Medan dan menjengukknya, Rangga sekarang di rumah dan sedang berlatih keras untuk bisa berjalan, ia mencari segala cara agar kakinya bisa kembali, untuk menemui mu Riana”. Riana hanya diam mendengar ucapan Liana “ aku akan mengirimkanmu via sms alamat rumah Rangga, aku akan senang jika kau bisa datang” ucap Liana seraya menutup telpon.
“Rangga ternyata kau sangat menderita, maafkan aku” ucap Riana disela-sela isak tangsinya lalu memeluk dirinya sendiri, badannya terasa sangat kaku.
“Riana, aku akan mengantarkanmu pulang” ucap Daniel kemudian menopang tubuh Riana yang tak berdaya. Ia tidak bertanya kepada Riana apa yang terjadi, melihat kondisi Riana sekarang tidak mungkin ia akan mengajukan pertanyaan yang akan membuat Riana tambah histeris.
*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar